Minggu, 23 Oktober 2011

Peran Lingkungan Sekolah

Peran lingkungan sekolah
10 Februari 2009 in Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Tag:OUT BOND, Psikologi Terapan

Perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan yang ia terima sepanjang hayatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas yang formal seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam arti luas artinya segala sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu menjadi bagain dari pendidikan. Melihat, mendengar, merasa, dan meraba merupakan komponen penting dalam pendidikan, dan itu sangat-sangat mudah ia dapatkan dari lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal atau non formal.

Semenjak terlahirnya teori behaviouristik oleh Pavlov, maka sejak itu pula pemahaman bahwa perilaku manusia dipengaruhi juga oleh lingkungan menjadi dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Jadi wajar apabila Soekarno pernah berkata lantang “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku mengubah dunia!” ungkapan itu tampak PD memang, namun beralasan.

Secara psikologi, memang lingkungan juga berperan penting dalam perilaku manusia khususnya sekolah, sebab dari sinilah perlakukan-perlauan yang terus menerus dan terstruktur masif diberikan kepada anak, sehingga anak diharapkan dapat merubah perilakunya sesuai yang diharapkan. Sekolah yang telah memberikan lingkungan yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan maka sekolah itu secara langsung dan tidak langsung memberikan sentuhan perlakuan kepada anak. Lingkungan itu meliputi 1) fisik seperti bangunan, alat, sarana, dan gurunya kemudian 2) non fisik yaitu kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang terlaksana di sekolah itu.

Namun ingat, lingkungan memang berperan tetapi faktor genital juga memberikan pengaruh, setidaknya pada bakat. Tentang baka, banyak orang yang sukses terkadang disebabkan oleh faktor bakat meski 1% dan yang lain itu adalah kerja keras begitu Saichiro Honda mengatakan, namun jelas bakat sangat berperan juga.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Kesadaran lingkungan sekolah bersih

Sekarang ini banyak sekolah yang mengaku sekolah sehat, namun belum tentu sekolah tersebut memenuhi kriteria sekolah sehat. Sekolah sehat adalah sekolah yang berhasil membantu siswa untuk berprestasi secara maksimal dengan mengedepankan aspek kesehatan. Definisi lain dari sekolah sehat adalah sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang, peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Sekolah sehat selalu membangun kesehatan siswa baik jasmani maupun rohani, melalui pemahaman, kemampuan dan tingkah laku, sehingga siswa bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan mereka secara mandiri. Sekolah sehat menyadari sangat pentingnya kesehatan siswa dalam membantu mereka mencapai prestasi maksimal dan untuk meningkatkan standar kehidupan mereka.

Saat ini di Eropa khususnya Inggris, seluruh sekolah sedang digalakkan mencapai kriteria sekolah sehat. Pada dasarnya sekolah sehat adalah sekolah yang menyadari pentingnya pembangunan kesehatan di bidang promotif dan preventif, bukan hanya di bidang kuratif. Jadi adanya dokter di sekolah tidaklah menjamin bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah sehat. Apalagi jika dokter di sekolah tersebut hanya datang seminggu sekali, atau sebulan sekali. Artinya pendekatan yang digunakan oleh dokter tersebut adalah hanya pendekatan kuratif dan rehabilitatif.

Sekolah sehat mengedepankan pencegahan dan promosi kesehatan sehingga lebih utama mencegah sakit daripada menunggu sakit.

Sehat itu sendiri mencakup 4 aspek yaitu sehat secara :

1. Fisik,

2. Psikis,

3. Sosial, dan

4. Spiritual.

Untuk itu, disusun kriteria utama dari sekolah sehat yaitu adanya :

1. Program pendidikan dan pelayanan kesehatan (health education and treatment),

2. Makanan sehat (healthy eating),

3. Pendidikan olahraga (physical activity),

4. Pendidikan mental (emotional health and well being) serta

5. Program lingkungan sekolah sehat dan aman (safe and healthy environment).

Jika suatu sekolah telah melaksanakan 5 kriteria sekolah sehat tersebut di atas secara integratif dan berkesinambungan maka bisa dikatakan bahwa sekolah tersebut memenuhi standar sekolah sehat secara internasional..

Dokter tidak harus menangani secara keseluruhan semua proses kelangsungan sekolah sehat tersebut. Penanganan secara integratif yang melibatkan semua komponen sekolah memang mutlak harus dilaksanakan pada suatu sekolah sehat. Guru kelas sebagai ujung tombak pelaksanaan sekolah sehat, karena mereka berinteraksi langsung dengan siswa. Kantin sekolah, psikolog, perawat sekolah, guru olahraga, TU sampai dengan cleaning service berperan aktif secara kontinyu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Intinya bahwa sekolah sehat tidak melulu pendidikan kesehatan yang formal, namun lebih kepada suatu sistem untuk menciptakan suatu budaya yang sehat, yang bisa diaplikasikan oleh seluruh komponen sekolah, yang nantinya akan juga bisa berimbas pada lingkungan orang tua siswa dan masyarakat.

Di Indonesia, konsep sekolah sehat disederhanakan dan diringkas menjadi Trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan sekolah sehat. Program UKS dan sekolah sehat adalah suatu program yang saling melengkapi. Sebaiknya pembangunan kesehatan di sekolah lebih mengedepankan aspek promotif-preventif daripada kuratif, dan hasil dari program ini akan menjadi bekal anak-anak dalam membangun kesehatan dirinya, keluarga, masyarakat, dan negara baik sekarang maupun di masa depan nanti.

Sekolah sehat di Indonesia dapat dicapai bila sekolah atau madrasah melaksanakan :

1) Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) melalui tiga program pokok UKS (Trias UKS); pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat, serta

2) Melaksanakan upaya-upaya peningkatan melalui program pendidikan jasmani.

Latar Belakang Sekolah Sehat

Menurut Mendiknas (pada pembukaan Rakernas UKS ke IX, 2008, Bali) sekolah sebagai tempat belajar, tidak saja perlu memiliki lingkungan bersih dan sehat, yang mendukung berlangsungnya proses belajar dan mengajar yang baik. Namun, juga diharapkan mampu membentuk siswa yang memiliki derajat kesehatan yang lebih baik."Lingkungan sekolah sehat, tentu akan sangat mendukung pencapaian tujuan pendidikan", katanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut mendiknas, maka pelaksanaan tiga program pokok UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat perlu didorong dan dimasyarakatkan agar semua pihak memahami dan mendukung program ini di sekolah

Mendiknas juga menyampaikan tentang pentingnya penyelenggaraan UKS yang lebih kreatif, sehingga kinerja UKS betul-betul maksimal. Dia berpendapat, berbagai macam kegiatan di lingkungan sekolah seperti pengelolaan sanitasi, pengelolaan jajanan sekolah, dan menciptakan taman yang asri disekolah dapat diintegrasikan kedalam kegiatan UKS."seperti ini harus dijadikan bagian dari kegiatan UKS, bukan hanya kegiatan yang terkonsentrasi di ruang UKS itu", katanya.

Mendiknas mengingatkan, adalah tugas bersama mewujudkan sekolah dan madrasah menjadi sekolah sehat, yaitu sekolah yang bersih, nyaman dan bebas dari sumber-sumber penyakit. Peserta didiknya sehat jasmani, rohani, dan bugar, serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. "Di lingkungan sekolah yang tertata baik dan bersih akan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan prestasi belajar. termasuk didalamnya rasa kemandirian, jiwa kemandirian, enterpreneurship dan kreativitas, serta membentuk masyarakat yang sadar kesehatan", katanya.

Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tingkatan. Jika tiap sekolah memiliki 20 kader kesehatan maka akan ada 5 juta kader kesehatan yang akan membantu, “Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat” sesuai dengan strategi utama Departemen Kesehatan.

LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM ERA GLOBALISASI


LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM ERA GLOBALISASI
Demi kesuksesan belajar mengajar, banyak sekali hal-hal yang harus diketahui oleh setiap pelajar, agar meraih suatu hasil pembelajaran yang maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran ini, bukan hanya ditempuh melalui pendidikan formal melainkan informal. Lingkungan sekolah yang kondusif, sangat mendukung kenyamanan dan kelangsungan proses belajar mengajar di suatu sekolah. Perkembangan dunia yang cepat seiring dengan era globalisasi, menambah semakin besar ragam pengaruh lingkungan yang menerpa dunia pendidikan. Apalagi perkembangan teknologi informasi yang begitu melesat, hampir setiap pelajar punya handphone dan internet tersedia mudah dan relatif murah. Pengaruh kemajuan tetap ada dua dampak yaitu positif dan negatif. Pengaruh lingkungan yang ada di upayakan menekan dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.
Model sekolah unggul dan terpadu menjamur dipelosok daerah, dimulai dari yang menyatakan berstandar nasional sampai internasional. Tidak menutup kemungkinan bahwa semua itu hasil kerja sama antara guru dan siswanya. Perlu diketahui bahwa proses kegiatan belajar – mengajar, bukan hanya diperoleh dalam kelas, tapi bisa juga diperoleh di luar kelas. Para pelajar bisa belajar bersama dengan memberdayakan lingkungan sekolah yang nyaman dan indah. Tidak sedikit sekolah yang kondisinya memprihatinkan di negeri kita. Dimulai dari sarana dan prasarana yang kurang memadai sampai tenaga pendidik yang masih minim. Setidaknya sebagai bentuk menyukseskan program pemerintah dengan wajib belajar 9 tahun dan menaikkan Human Development Indeks (HDI) (Majalah Gemari Edisi 86, 2008), seharusnya masing-masing sekolah bisa menilai dan mengembangkan agar menjadi sekolah yang berstandar internasional.
Dalam suatu sekolah dapat dikatakan sebagai sekolah yang memiliki tempat strategis, dengan lingkungan kondusif, bila memenuhi beberapa syarat.
Pertama lingkungan fisik, meliputi di dalam kelas maupun di luar kelas.
Lingkungan fisik dalam kelas meliputi sarana dan prasarana pendukung yang ada dalam ruang. Bentuk dari macam sarana dan prasarana disesuaikan dengan penggunaan ruang. Ruang kelas untuk belajar berbeda dengan ruang kelas untuk kegiatan praktikum seperti laboratorium. Alat-alat canggih seperti komputer / internet secara online yang langsung bisa digunakan oleh para guru dan murid. Dan planning kedepan pihak sekolah bisa mengembangkan siswanya menjadi modern dalam berpikir lewat pendekatan “Lingkungan sekolah yang kondusif dalam ruangan”. Ruang perpustakaan terdapat banyak buku. Kenyamanan dalam menghias ruang perpustakaan memungkinkan siswa betah di perpustakaan. Apalagi buku-buku tertata rapi dan dikelompokkan sesuai bidang ilmu, maka mudah mencari dan mendapatkan buku yang diinginkan. Keadaan ini sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Terwujudnya lingkungan sekolah yang sehat dan bersih, yang ditangani oleh para tenaga ahli di dalamnya. Dengan mencangkan program penghijauan, diharapkan tercipta lingkungan yang sejuk dan indah. Tersedia tempat berteduh yang bisa digunakan berdiskusi di luar kelas, tapi mudah di awasi oleh guru. Tersedianya papan yang mudah di bawah keluar kelas, sebagai kegiatan belajar di luar dengan suasana menyenangkan. Bila ada pohon yang rindang kemudian disediakan tempat duduk permanen di bawahnya, maka proses belajar – mengajar dapat dilakukan di tempat ini. Setidaknya suasana gerah dan berkeringat dapat diselingi dengan model belajar seperti ini. Tidak harus sehari penuh di luar kelas, tapi cukup sebagai selingan dari belajar di dalam kelas. Saat ini suasana sangat pnas. Sekolah maju dengan dana pendukung besar memungkinkan ruangan belajar dengan AC. Sedangkan sekolah pinggiran dengan anggaran pas-pasan, suasana panas dikelas dapat diatasi dengan melakukan pembelajaran intrakurikuler di luar kelas.
Kedua, lingkungan sosial, interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa yang menyenangkan sangat memotivasi belajar siswa. Penerapan model-model pembelajaran yang beranekaragam, bervariasi dapat mengatasi kejenuhan siswa.
Pergaulan antar sesama teman harus dilaksanakan secara harmonis. Dalam pergaulan harus pandai menyeleksi ajakan teman. Bila ajakan itu merupakan kegiatan yang merugikan, sebaiknya dihindari. Misalnya ia mengajak mengkonsumsi obat-obat terlarang, sebaiknya tidak dituruti, bila ia memaksa, maka pergi ke guru BP supaya ada pemecahannya. Terhindarnya pergaulan bebas antar siswa dan siswi, yang mengakibatkan remaja hamil diluar nikah.
Berdasarkan survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI), sebanyak 5% remaja laki-laki dan kurang dari 1% remaja perempuan yang berstatus nikahpun telah melakukan seks pranikah. Bahkan data sebelumnya laporan Reproduksi Sehat Sejahtera (RSS) menyebutkan 12% remaja laki-laki dan 5% remaja perempuan telah melakukan seks pranikah.
Kalau mempunyai masalah, sebaiknya mencari teman untuk curhat. Solusi yang diberikanya, sebaiknya juga diseleksi. Bila perlu dikonsultasikan ke guru BP. Waspada tetap perlu, supaya tidak terjerumus ke hal-hal yang dilarang agama maupun sekolah, misalnya pergaulan bebas, narkoba, sering bolos, melihat internet yang tidak patut untuk siswa Madrasah Aliyah maupun bermain handphone. Adanya hubungan sosial yang harmonis antar sesama siswa, guru dengan siswa, dapat memberikan atau mendatangkan manfaat demi kelangsungan kegiatan belajar mengajar dan perkembangan sekolah itu sendiri, agar kelak menjadi sekolah yang berstandar internasional.
Sekolah di Madrasah Aliyah sebenarnya banyak diberi bekal untuk menyaring setiap langkah kehidupan. Dasar agama yang kuat, diharapkan mampu membentengi diri dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Keberadaan guru BP yang sangat perhatian juga diperlukan. Bimbingan konseling, sebaiknya tidak memberikan kesan menakutkan bagi siswa, tetapi lebih kekeluargaan. Dengan demikian siswa lebih percaya ke guru BP dari pada teman yang bisa menjerumuskan.
Masing-masing sekolah hendaknya terwujud lingkungan yang sehat dan bersih, yakni dengan mencanangkan program tanam seribu pohon di sekitar lingkungan sekolah. Demi kelangsungan dan kelancaran proses belajar mengajar. Dan perlu diciptakan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang kondusif.

lingkungan sekolah

 
Mungkin sudah banyak penelitian tentang “Hubungan Antara Prestasi Siswa dengan Lingkungan Belajarnya”, tapi sedikit sekali penerapannya di Indonesia. Bahkan pemerintah sendiri sangat kurang memahami akan kebutuhan generasi penerus mereka ini. Entah kurang memahami atau mungkin sibuk dengan urusan pribadi mereka masing-masing?
Sekolah di negara maju, dalam foto ini adalah sekolah di Amerika
Melirik sekolah-sekolah di negara tetangga kita, sebut saja di Singapura, Malaysia, atau Australia, tentunya kita sudah ketinggalan jauh dengan fasilitas dan lingkungan sekolah mereka yang nyaman. Terlebih, siswa di sana juga mendapatkan kewajiban yang mengikat untuk sama-sama merawat lingkungan di sekitar sekolah. Mungkin itu sebabnya siswa-siswi di negara-negara tetangga kita lebih berkualitas secara rata-rata daripada di Indonesia.
Jika kita mencari korelasi antara lingkungan sekolah yang nyaman dengan prestasi siswa di sekolah, maka didapatlah fakta bahwa proses belajar mengajar itu memerlukan ruang dan lingkungan pendukung untuk dapat membantu siswa dan guru agar dapat berkonsentrasi dalam belajar. Mengapa begitu? Karena belajar memerlukan kondisi psikologi yang mendukung. Jika para siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan dengan kelas yang bersih, udara yang bersih, dan sedikit polusi suara, niscaya tingkat prestasi para siswa juga akan naik.
Lingkungan Pekarangan Sekolah yang Nyaman
Bagi para siswa, tentunya kegiatan belajar mengajar memerlukan lingkungan pekarangan sekolah yang nyaman, bersih, dan cukup pepohonan. Tidak itu saja, bagi para siswa di tingkat Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak, lingkungan dengan taman bermain yang tercukupi akan membuat tumbuh kembang anak menjadi baik dan menyenangkan. Hal ini juga sesuai dengan dasar-dasar pendidikan yang memang dibutuhkan oleh siswa. Bukankah lebih baik bermain-main sambil belajar, daripada belajar sambil main-main?
Apa saja syarat-syarat lingkungan sekolah yang nyaman?
1. Lapangan bermain
Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas.
2. Pepohonan rindang
Semakin pesatnya pertumbuhan sebuah daerah menyebabkan pepohonan rindang habis ditebangi untuk dijadikan bangunan, terlebih jika harga tanah ikut melonjak naik. Inilah yang menjadikan jumlah oksigen berkurang. Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
3. Sistem sanitasi dan sumur resapan air
Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah lingkungan layak untuk ditinggali. Dengan sistem sanitasi yang bersih, maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk.
4. Tempat pembuangan sampah
Sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi kemajuan suatu peradaban. Semakin bersih suatu tempat, maka semakin beradab pula orang-orang di tempat itu. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di negara maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dalam masalah sampah di sekolah, perlunya ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh warga sekolah untuk turut menjaga lingkungan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah, dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
5. Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung
Adanya kasus di beberapa daerah, misalnya lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara, atau lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang selalu padat, atau bahkan lingkungan sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan akibat bau-bau tak sedap. Kasus-kasus tersebut adalah kasus yang perlu penanganan langsung dan serius dari pemerintah. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut. Karena itulah sudah saatnya pemerintah memperhatikan generasi penerusnya ini, karena beberapa kasus terjadi malah diakibatkan pemerintah itu sendiri. Contohnya, sebuah sekolah yang sudah berada di lingkungan yang mendukung, tapi tiba-tiba harus merasakan imbas dari pembangunan proyek di sekitar sekolah itu akibat pemerintah yang tidak mengindahkan sistem tata kota yang sudah ada.
6. Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat
Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang roboh di Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, ataupun bangunan baru yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah untuk mengatasinya. Karena bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal.
Mungkin banyak sekali  syarat-syarat lingkungan sekolah yang nyaman, tapi keenam poin di atas sudah cukup untuk menjadikan suasana belajar dan mengajar yang menyenangkan bagi siswa dan gurunya.
Kondisi Sekolah di Pedalaman Indonesia
Kesimpulan :
Prestasi belajar di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana anak-anak giat belajar dan dapat memahami pelajaran di sekolah, tapi juga kondisi lingkungan sekolahnya yang mendukung. Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi anak-anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.